INVENTARISASI TOKOH SENI DAN SASTRA KALIMANTAN TIMUR  (MUHAMMAD SATTAR MISKAN DAN SYAFRUDDIN PERNYATA)

Pengarang: 

ASNAINI DAN M. NATSIR

Penerbit: 

CV MEDIA JAYA ABADI

Tahun Terbit: 

2022

Daerah/Wilayah: 
Kalimantan Timur
Rak: 

BSL - 928 (920-929)

ISSN/ISBN: 

978-623-7526-56-8

Jumlah Halaman: 
85

Dua tokoh budaya yang diangkat dalam buku ini yaitu Muhammad Sattar Miskan dan Syafruddin Pernyata, memiliki kesamaan yakni pensiunan pegawai negeri sipil dengan aktivitas berkesenian yang hampir serupa, yaitu seni teater dan satra. Muhammad Sattar Miskan adalah putra Samarinda kelahiran Pakauman, Martapura pada 4 September 1938. Sebagai seorang pegawai yang ingin fokus berkesenian, ia mengajukan pensiun dini. Dunia sastra yang digelutinya yaitu menulis naskah drama, puisi dan cerita pendek, serta bergabung dalam sanggar dan teater. Hingga akhir hayatnya, ia memimpin sanggar Kakamban Habang yang menghidupkan kesenian tradisional mamanda di Kota Samarinda. Ia juga mendirikan Anjangsana Teater Indonesia. Setelah tutup usia, kegiatan berkeseniannya dilanjutkan oleh anak-anaknya. Tokoh Syafruddin Pernyata yang dilahirkan di Loa Tebu, Kabupaten Kutai Kartanegara, 28 Agustus 1958 kehidupan yang dihadapinya serba terbatas pada masa kecilnya. Namun, hal itu tidak menghalangi usahanya untuk meraih pendidikan yang lebih baik. Ia kemudian dikenal sebagai penulis, sastrawan, jurnalis, guru, dosen, dan birokrat di Kota Samarinda. Sejak kecil Syafruddin Pernyata sudah gemar mengarang. Karya-karyanya baik cerpen maupun puisi, menghiasi berbagai media massa nasional pada tahun 1980-an. Cerpen-cerpennya terhimpun dalam buku Harga Diri dan Summa Cum Laude. Ia juga menulis novel-novel yang bermuatan kearifan lokal, antara lain Awan, Zulaiha, Aku Mencintaimu Shanyuan, dan sebagainya.  

The two cultural figures featured in this book, namely Muhammad Sattar Miskan and Syafruddin Pernyata, have in common that they are retired civil servants with almost similar arts activities, namely theatrical art and literature. Muhammad Sattar Miskan is the son of Samarinda who was born in Pakauman, Martapura, on September 4, 1938. As an employee who wanted to focus on the arts, he applied for early retirement. The world of literature that he is involved in are writing plays, poetry, and short stories, as well as joining studios and theaters. Until the end of his life, he led the Kakamban Habang studio which revived the traditional Mamanda arts in Samarinda City. He also founded Anjangsana Theater Indonesia. After he passed away, his artistic activities were continued by his children. Figure Syafruddin Pernyata who was born in Loa Tebu, Kutai Kartanegara Regency, August 28, 1958, his life was completely limited in his childhood. However, this did not hinder his efforts to achieve a better education. He later became known as an author, writer, journalist, teacher, lecturer, and bureaucrat in Samarinda City. Since childhood, Syafruddin Pernyata has been fond of composing. His works, both short stories and poetry, graced various national mass media in the 1980s. His short stories are collected in the book Harga Diri and Summa Cum Laude. He also wrote novels filled with local wisdom, including Awan, Zulaiha, Aku Mencintaimu Shanyuan, and so on.