I GUSTI AYU ARMINI; RAJ. RIANA DYAH PRAWITASARI; I GUSTI AYU AGUNG SUMARHENI
BPNB BALI
2013
PRA 796.8 (790 -799)
978-602-258-113-0
Perisean merupakan permainan atau hiburan rakyat Lombok yang mengarah pada menonjolkan ketangkasan bagi pelakunya dimana nilai-nilai sportifitas, keperwiraan, dan keterampilan dalam membela diri yang sangat dihormati oleh setiap pemain yang dipimpin seorang wasit atau pakembar tengaq. Perisean dapat dilaksanakan kecali pada bulan puasa (Ramadhan). Pembuatan penyalin dan ende dilakukan mulai dengan mencari bahan baku yaitu rotan, kulit kerbau atau sapi, dan kayu. Pembuatan harus mencari hari baik dan bulan baik, bulan yang dianggap kurang baik pada bulan Bubur Beaq (penanggalan Sasak) dalam kalender Islam bulan Syafar sedangkan yang dianggap bulan paling baik membuat perisean adalah bulan Maulud (Rabiulawal). Perisean selain merupakan tradisi masyarakat Sasak dalam ritual memohon hujan, perisean juga diartikan sebagai permainan atau hiburan rakyat Lombok yang menonjolkan ketangkasan bagi pelakunya, dimana nilai-nilai sportivitas, keperwiraan dan ketrampilan dalam membela diri yang sangat dihormati oleh setiap pemain. Perisean dahulu pada masa pemerintahan kerajaan adalah petarungan untuk memilih para prajurit istana. Di Kabupaten Lombok Tengah bagian selatan khususnya yang mempercayai bahwa latar belakang sejarah perisean dimulai dari legenda pertarungan sampai mati dua orang laki-laki yang merupakan tunangan dari Putri Mandalika karena memperebutkan Sang Putri. Beberapa informan menceritakan bahwa perisean adalah tradisi warisan nenek moyang bagian dalam upacara adat Suku Sasak.