HENDRI GUNAWAN
KEPEL PRESS
2014
9.4.1 (900
978-602-1228-58-6
Komunitas Tionghoa di Sitaro dan Nusa Utara umumnya sudah tidak lagi hanya bekerja di sektor perdagangan saja tetapi juga sudah meluas ke sektor pendidikan (guru dan dosen), kesehatan (sinshe dan dokter), rohaniawan (pastor dan pendeta), sekarang ini beberapa tokoh Tionghoa terpilih menjadi bupati dan walikota bahkan hingga dua periode. Dalam sektor perdagangan, warga etnis Tionghoa memperkerjakan warga setempat, baik pekerja informal yang disebut pembantu atau "batuang" maupun formal seperti karyawan. Pola batuang ini kemudian berproses tumbuh dan berkembang menjadi pelaku usaha kecil di kampung-kampung. Pengusaha atau yang disebut "induk semang" yang menopang usaha para mantan pekerjanya di kampung yang disebut "anak dagang". Hubungan tersebut terjalin berdasarkan rasa saling percaya untuk berusaha bersama. Hubungan "induk semang" dan "anak dagang" tersebut awalnya sebagai hubungan balas budi yang dikenal dengan "resiprositas". Hubungan resiprositas ini kemudian berkembang menjadi hubungan patronase, yaitu "induk semang" dan "anak dagang" tidak lagi hanya dalam hubungan perdagangan saja tetapi sudah meluas ke dalam wilayah politik - pemerintahan.