M. IKHSAN TANGGOK
KOMPAS
2017
KSB - 305.8 (300-309)
978-602-412-173-0
Sebagian besar orang Hakka di Singkawang menganut agama Budha. Namun dalam kesehariannya mereka juga masih mempraktikkan ajaran Konghucu dan Tao. Sebagian besar Kelenteng di Singkawang bercorak Tri Dharma, ini artinya kelenteng tersebut dapat difungsikan oleh umat Tao, Konghucu, dan Budha untuk melakukan ibadah secara bersamaan. Dan ini menunjukkan bahwa orang Hakka di Singkawang sangat toleran terhadap agama-agama di luar keyakinan mereka. Keluarga dalam kebudayaan orang Hakka di Singkawang memiliki peranan penting dalam upacara pemujaan leluhur karena dilakukan setelah orang pertama yang membangun keluarga tersebut meninggal dan peristiwa ini melibatkan seluruh anggota keluarga. Dalam kebudayaan nya, bukan anak laki-laki saja yang dapat melakukan pemujaan leluhur, melainkan anak wanita yang sudah menikah, menantu, dan anak-anaknya. Bagi orang Hakka, hal ini merupakan suatu keberuntungan karena upacara pemujaan leluhur bukan saja dapat memperkuat ikatan persaudaraan antarsesama marga, melainkan juga mempererat hubungan antarmarga. Hakikat pemujaan leluhur dalam masyarakat Hakka adalah untuk mendapatkan keselamatan dan restu dari leluhur. Dalam buku ini juga telah menunjukkan bahwa orang Hakka masih meyakini bahwa roh leluhur tetap hidup di dunia lain setelah kematiannya. Mereka juga meyakini bahwa kehidupan leluhur di dunia lain tidak ubahnya seperti kehidupan manusia di dunia. Upacara pemujaan leluhur yang dilakukan oleh orang-orang Hakka di Singkawang dewasa ini, pada dasarnya merupakan warisan tradisi orang-orang Cina di masa lampau yang diwariskan secara turun temurun melalui anak laki-laki.