REYOG PONOROGO

Pengarang: 

SUYAMI DAN YUSTINA HASTRINI NURWANTI

Penerbit: 

BPNB D.I. YOGYAKARTA

Tahun Terbit: 

2021

Daerah/Wilayah: 
Jawa Timur
Rak: 

RKE - 793.3

ISSN/ISBN: 

978-623-7654-17-9

Jumlah Halaman: 
33

Reyog Ponorogo merupakan suatu kesenian yang sudah ada sejak zaman Majapahit yang diciptakan oleh Demang Suryangalam. Demang Suryangalam awalnya adalah pujangga muda kerajaan atau Pujangga Anom yang berusaha mengingatkan Prabu Brawijaya V untuk menegakkan kewibawaannya dengan tidak terlalu mengikuti kemauan sang istri. Namun tindakan tersebut membuat Sang Raja tidak berkenan dan malah mengusir Demang Suryangalam keluar dari istana. Demang Suryangalam sangat kecewa dengan sikap Sang Raja. Akhirnya, ia meninggalkan Kerajaan Majapahit dan menyepi di dalam hutan dekat perkampungan Surukubeng. Dari sinilah kesenian reyog diciptakan yang dimaksudkan untuk menyindir kehidupan politik yang terjadi di Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Prabu Brawijaya V yang bertahta pada tahun 1468-1478 M. Alat musik pengiring pertunjukan reyog ini terdiri dari 1 kendang, 1 ketipung, 1 terompet, 1 kempul, 1 kethuk, 1 kenong, dan 4 angklung. Reyog Ponorogo juga ditampilkan sebagai seni hiburan rakyat dengan di-obyog-kan sehingga disebut Reyog Obyog yang berupa iring-iringan iring-iringan yang melakukan atraksi pada titik-titik tertentu, misalnya di perempatan jalan, halaman rumah pejabat atau perangkat desa, lapangan, atau di tempat orang berhajat. Pemain dalam Reyog Obyog hanya dhadak merak, pujangganong, dan penari jathil tanpa kuda kepang dan Prabu Klana Sewandana. Kalau di kehidupan pesantren, kesenian ini disebut Reyog Santri, yang penari jathil menggenakan jilbab, dan pemain pria tidak bertelanjang dada.