ANA MARIA FATIMAH PARERA, ANDY THOMSON SAWAKI, ISHAK STEVANUS PUHILI
BPNB PAPUA
2016
TDK - 391 (390-399)
978-602-6525-08-6
Sejarah manik-manik merupakan benda sehari-hari yang berkaitan dengan manusia sejak jaman prasejarah hingga kini yang bersifat universal, karena di berbagai kebudayaan seringkali temuan manik-manik yang berasosiasi dengan artefak atau ekofak ditemukan bersamaan dalam satu konteks. Busana tradisional perempuan di kabupaten Kepulauan Yapen dikenal dengan sireuw. Sireuw ini ada yang terbuat dari manik-manik dan kulit kayu. Kulit kayu yang digunakan yaitu kulit kayu genemo yang mudah didapat di dekat hutan sekitar kampung. Tetapi saat ini karena kulit kayu genemo sudah mulai berkurang, maka masyarakat mencari cara lain untuk menggunakan kulit kayu yang lain seperti kulit kayu semang. Kulit kayu ini ada beberapa jenis disebut dalam bahasa daerah yaitu kulit kayu korowe, mani dan mewun. Selain itu mereka juga memakai kulit kayu yang lain seperti sejenis tali pohon tikar, tali rumput laut kusumi, kulit kayu atau tali yute, dan tali win sejenis tali pohon pandan dipakai juga untuk menganyam sireuw. Manik-manik yang asli dari alam yaitu dari biji rumput atau dari pohon patibu yang digunakan masyarakat sebelum adanya manik-manik kaca untuk membuat sireuw. Untuk membuat satu sireuw manik-manik yang diperlukan beberapa banyak tergantung besar kecilnya yang akan dibuat. Manik-manik dari alam untuk membuat sireuw dari biji rumput tetapi ada sejenisnya tetapi ada juga yang dari pohon patibu yang bijinya digunakan untuk membuat sireuw dan biji buah tersebut tidak mempunyai warna. Sehingga pada jaman dahulu menggunakan pewarna alam. Warna pada sireuw yang mereka kenal sejak dari nenek moyang ada 5 (lima) warna yaitu merah (berika), kuning (boning), biru (kehe), putih (bua), dan hitam (nyumetang). Fungsi dan kegunaan sireuw bagi orang Yapen sebagai busana tradisional yang digunakan oleh perempuan. Selain itu juga digunakan sebagai alat tukar untuk kebutuhan hidup masyarakatnya dan sebagai mas kawin bagi perempuan Yapen karena tanpa sireuw maka belum lengkap.