Text
PEUMULIA JAMEE
Peumulia jamee adat geutanyoe, pepatah ini sudah sangat lekat di telingan masyarakat Aceh, khususnya kota Banda Aceh. Karena Peumulia Jamee adalah tradisi mendasar untuk sebuah daerah tujuan wisata yang dalam hal ini wisatawan juga disebut ”tamu” dari daerah yang dikunjungi. Pepatah yang bermakna memuliakan tamu, adat kita tersebut bukanlah hal baru. Pepatah ini sudah sangat membumi di Tanah Rencong. Sejak jaman dahulu Aceh dikenal sebagai kerajaan yang terbuka dan sangat menghormati tamu. Pepatah Melayu yang berbunyi Tamu adalah Raja diaplikasikan oleh masyarakat Aceh. Bagi masyarakat Aceh, tradisi memuliakan tamu memiliki dimensi hubungan kemanusiaan dan keagamaan. Tradisi menerima tamu ada dalam setiap kelompok masyarakat yang berbeda latar belakang budayanya. Akan tetapi yang khas dari budaya masyarakat Aceh dalam hal ini yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaannya. Dua bait syair lama berjudul Saleum (salam) dapat mengungkapkan makna Peumulia Jamee. Lirik tersebut sering sekali disampaikan dalam berbagai kesempatan, baik dalam perhelatan upacara adat, syair lagu, hikayat maupun dalam kegiatan sehari-hari. Di Aceh, tamu biasa dijamu dengan sirih, makanan dan minuman yang manis seperti timphan dan asoe kaya. Rasa manis itu menunjukkan bahwa tuan rumah senang menerima tamunya. Ada beragam cara masyarakat memuliakan tamu; sejak ia menginjakkan kakinya di Aceh, memasuki rumah, hingga tamu itu kembali lagi ketempatnya, diantaranya Pinto Aceh; Ranup; Peusijeuk; Tikar Anyaman; Kopi; Tradisi Manatiang; dan Seni Tari diantaranya tari ranup lampuan, tari peumulia jamee, tari galombang, tari guel, dampeng, landoq sampot.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain